Seorang perfeksionis menganggap bahwa segala sesuatu harus dikerjakan dgn serius dan sempurna,tidak boleh ada kesalahan,tidak boleh asal2an,tidak boleh ada cacat. Seorang perfeksionis bisa diciptakan,bukan bawaan sejak lahir,tetapi dibentuk sejak kecil. Orangtua yg terlalu mengkritik dan menuntut anak2nya menjadi terbaik akan cenderung membuat anak2nya menjadi perfeksionis begitu pula dgn para orangtua yg selalu takut bersalah. Perfeksionisme menjadikan anak2 tumbuh menjadi orang yg serius,tak ada kegembiraan hidup,tak ada keharmonisan penguasaan ilmu pengetahuan.
Jika seseorang hanya fokus pd prestasi dan mempertahankan diri agar selalu menjadi yg terbaik,maka tidak akan fokus pd mempelajari tugas2 secara manusiawi. Karena itu perfeksionisme juga menghambat kreativitas dan inovasi. Perfeksionisme merupakan sumber emosi negatif. Individu perfeksionis selalu gelisah dan stres karena takut gagal,dan akhirnya depresi karena merasa harus mencapai kesempurnaan dalam bekerja. Individu ini tidak mau dinilai bersalah/gagal dan tak mau kalah dgn orang lain. Dia akan terus mencari kesalahan dan kelemahan agar pekerjaannya sempurna,tak peduli bagaimanapun caranya. Akhirnya menimbulkan frustasi berkepanjangan.
Para perfeksionis tidak mau dikritik. Mereka tidak ingin pekerjaannya dievaluasi dan ditunjukkan kesalahan2nya. Akibat banyak pertimbangan yg disebabkan takut membuat kesalahan,pekerjaan mereka justru malah menjadi jelek. Selain itu mereka juga tidak mau mengembangkan ketrampilannya sehingga kreativitasnya terhambat dan tidak berkembang.
Seorang psikolog yg merupakan guru besar di Smith College,Amerika,mendefinisikan karakter perfeksionisme sebagai berikut :
1. Jika seseorang melakukan tugas lebih baik dari individu perfeksionis,maka individu tersebut akan merasa gagal total.
2. Orang lain bisa menerima penilaian bagi dirinya sendiri dgn standar lebih rendah daripada individu perfeksionis.
3. Orangtua individu perfeksionis menghendaki dia menjadi yg terbaik.
4. Sebagai seorang anak,individu perfeksionis akan dihukum jika mengerjakan sesuatu tidak sempurna.
5. Individu perfeksionis cenderung menyelesaikan pekerjaan paling lambat karena mengeceknya berulang kali.
6. Kerapihan pekerjaan merupakan hal terpenting bagi individu perfeksionis.
Perfeksionis berbeda dgn keunggulan (excellence). Keduanya memang berujung pd hasil terbaik namun dalam excellence tersirat perasaan menikmati pekerjaan yg dilakukan dan merasa senang dgn hasil yg dicapai. Individu excellence akan merasa percaya diri dan tidak ngoyo dalam melakukan pekerjaan. Mereka tidak stres atau depresi,tidak emosi,semua dijalani dgn santai dan senang hati.
Sukses tidaklah tergantung pd proses pencapaian kesuksesan dgn cara mencari kesalahan lalu menanganinya melainkan dgn kreativitas dan semangat dalam menangani masalah. Dgn demikian tidak akan menderita stres sepanjang hidup,tidak selalu ragu dan takut berbuat salah,tetapi bisa menikmati hidup dgn semangat dalam menjalankan tugas.
Artikel Terkait