CARA MENULIS CERPEN
Materi
diklat Karya Inovasi PGRI Kab.Kebumen
(DIKUTIP
DARI Hasta Indriyana)
Cerpen atau cerita
pendek adalah sebuah karangan fiksi berbentuk prosa yang menggambarkan
kehidupan secara ringkas. Ciri ringkas cerpen adalah fokusnya pada satu
bidikan. Maksud bidikan bisa berupa penokohan, latar, masalah, alur, dan
lain-lain. Terpenting dalam hal ini adalah hal-hal yang ingin disampaikan
pengarang tuntas dalam ruang yang pendek. Beberapa ciri cerpen secara umum
biasanya mencakup jumlah tokoh yang terbatas, fokus pada satu peristiwa utama,
berplot tunggal, mencakup jangka waktu yang singkat, dan meninggalkan kesan
tunggal bagi pembaca.
Apabila ditanya jumlah
panjang cerpen, jawabannya bermacam-macam. Cerpen-cerpen yang dimuat di media
massa berkisar antara 3 – 5 halaman spasi 1 dengan huruf TNR ukuran 12.
Ketentuan panjang halaman tersebut biasanya dikarenakan penyesuaian ruang.
Cerpen-cerpen yang dimuat atau diterbitkan bukan di media massa ada juga yang
panjangnya kurang dari tiga halaman atau lebih dari lima halaman, bergantung
keinginan penulis cerpen.
Ada banyak cerpenis yang
bisa dijadikan patokan belajar, di antaranya, dari Indonesia ada Umar Kayam,
Kuntowijoyo, A.A. Navis, Ahmad Tohari, Hamsad Rangkuti, Seno Gumira Ajidarma,
Joni Ariadinata, Agus Noor, dan lain-lain. Cerpenis dari luar negeri, misalnya
Anton Chekov, Ernest Hemingway, John Steinbeck, Franz Kafka, James Joyce,
Yasunari Kawabata, Naguib Mahfouz, dan lain-lain. Karya beberapa nama cerpenis
tersebut bisa dibaca untuk dipelajari. Cerpen-cerpen mereka adalah karya yang
layak dijadikan bahan belajar karena memiliki kelebihan dan merupakan cerpen
standar, artinya, cerpen yang tidak banyak mengandung eksplorasi, baik dalam
berbahasa, bentuk, tema, maupun unsur-unsur yang lain.
Baiklah, langsung saja.
Belajar menulis apa pun, termasuk juga cerpen, kamu bisa menggunakan prinsip belajar
dari Ki Hadjar Dewantara. Prinsip yang dimaksud adalah 3N, meliputi Niteni,
Nirokke, dan Nemokke. Niteni atau menyimak
adalah kerja mempelajari sebuah cerpen untuk dipahami ciri-cirinya, sifat,
bentuk, pola, gaya, motif, dan makna. Apabila kerja ini dilakukan terhadap
pembacaan banyak cerpen, kamu akan hapal “apa sesungguhnya cerpen itu”.
Kerja kedua adalah Nirokke tau
menirukan. Maksud dari menirukan adalah mencontoh gaya dan pemilihan tema
terhadap cerpen-cerpen yang dibacanya. Kerja menirukan di sini bukan menjiplak,
tetapi mencoba kemampuan diri apakah kamu bisa menulis cerpen seperti cerpen
yang baru saja kamu titeni tersebut. Tahap setelah niteni adalah nemokke atau
menemukan artinya kamu sudah bisa menemukan “jalan” menulis cerpen untuk
kemudian menginovasikannya.
Prinsip belajar 3N
membutuhkan kerja membaca banyak cerpen, utamanya cerpen yang bagus. Sekali
merengkuh dayung, ketika membaca kamu bisa niteni dengan cara
mencoret-coret hal-hal yang membuatmu memberikan sebuah pengetahuan baru dalam hal
menulis cerpen. Oleh karena itu, siapkanlah pensil atau stabilo untuk menandai
hal-hal yang bisa kamu pelajari.
1. Mencari Ide
Di zaman canggih bin
keren seperti sekarang ini, masih ada orang yang menganggap bahwa
menulis karya sastra, termasuk cerpen, ide harus dicari dengan cara menyendiri,
menyepi di tempat sunyi nan wingit, atau diam merenung. Sebagai
gambaran, ide atau gagasan merupakan benih bagi lahirnya cerita. Ide bisa
didapat di mana saja melalui media apa saja. Di mana saja misalnya di pasar
dengan cara mengamati kesibukan orang; di kafe dengan memperhatikan suasana dan
peristiwa yang terjadi di dalamnya; di sekolah dengan mencatat hal-hal yang
menarik untuk ditulis; di dalam kereta; ketika menghadiri pesta pernikahan;
menonton film; membaca buku; dan lain sebagainya.
Menurut Josip
Novakovich, ide bisa didapat dari empat hal, antara lain (1) tradisi lisan, (2)
masa kecil, (3) alam kubur atau kematian, dan (4) buku. Tentu saja empat hal
yang dikemukakan tersebut masih bisa kamu tambah lagi, karena ada banyak hal
melingkupi kita, dan juga karena zaman yang bergerak cepat memungkinkan hal-hal
lain bisa menjadi sumber ide.
a. Tradisi lisan merupakan sumur
ide yang akrab dengan kita. Hal-hal yang termasuk di dalamnya antara lain
dongeng, mitos, hikayat, cerita sejarah, cerita masa kecil, kisah cinta,
cerita-cerita yang didengar dari orang lain, dan sebagainya. Seseorang yang
jeli akan dengan mudah menemukan ide ketika mendengar atau mengingat cerita
lisan yang (pernah) didengarnya.
b. Alam kubur atau kematian. Maksudnya adalah
hal-hal yang berkaitan dengan kematian, misalnya kisah-kisah pahlawan yang
gugur di medan pertempuran, cerita tentang penjaga kubur (juru kunci), cerita
tentang hantu, kisah tentang narapidana yang dihukum gantung, dan sebagainya.
c. Masa Kecil adalah masa yang
sering dikenang manusia, karena darinya muncul kenangan, baik yang sedih maupun
menyenangkan. Masa kecil bisa dijadikan sumur ide, misalnya kesedihan ketika
nenek tercinta meninggal dunia, cerita membahagiakan tentang ayam piaraan yang
sehat dan lucu, kecemasan ketika pertama kali masuk pertama masuk sekolah, dan
sebagainya.
d. Buku pastilah
memberikan banyak gagasan kepada pembacanya. Seseorang yang sedang membaca
novel, misalnya, di tengah-tengah membaca biasanya akan mendapatka ide yang berkitan
dengan cerita yang sedang dibacanya. Ketika mmbaca buku pengetahuan tentang
dunia fauna bisa mendapatkan ide membuat cerita yang tokoh-tokohnya bersifat
seperti manusia atau tokoh berbadan manusia tetapi berkepala binatang, dan
sebagainya.
e. Fantasi. Fantasi adalah daya
menciptakan sesuatu di dalam angan-angan. Fantasi ada kaitan erat dengan
imajinasi atau pembayangan, karena hal yang direka-reka adalah sesuatu hal yang
abstrak. Ide cerpen bisa kamu dapatkan dengan cara berfantasi, misalnya di
tahun 2107 ada sebuah keluarga yang melakukan perjalanan ke lima benua dengan
balon udara, cerita tentang sepasang manusia yang berusaha mengelak dari
kejaran manusia purba, dan lain-lain.
f. Hal-hal lain, yaitu
segala hal selain kelima sumber di atas, misalnya film, lagu, lukisan, foto,
bencana, dan sebagainya.