Jangan menunda waktu untuk menikmati atau menghayati hidup. Nimatilah hidup sekarang juga nkmatilah tiap menit yang anda punyai saat ini.
Jangan mengerjakan hal yang tidak berguna. Jangan sia-siakan waktu. agar kita bisa menikmati hidup ini seperti halnya kalau kita makan ice cream, kita akan menikmati rasanya, aromanya, ketika tiap gigitan ice cream itu masuk ke mulut kita.
Demikian pula kalau kita menikmati hidup ini. Semilirnya angin, sejuknya udara, hijaunya pepohonan atau sawah, gemerciknya air sungai yang bening, mendesirnya ombak, kicau burung, merahnya rembulan atau mentari yang sedang menaiki cakrawala timur, jingganya langit di kala metari menuruni cakrawala barat, putih peraknya rembulan yang mengintip dari balik pohon di atas rumah kita, ini semua adalah keindahan-keindahan alam karunia Tuhan yang menunggu kita untuk menikmatinya.
Mengapa kita tidak membuka mata dan hati ? Jarang ada orang yang suka menikmati keindahan alam murni seperti gambara di atas. bagi mereka menikmati alam berarti pergi ke tempat wisata populer. Memang, tempat itu indah. tapi apabila tidak mampu pergi ke sana, sebenarnya kita bisa menikmati keindahan alam tak perlu jauh-jauh dan mahal. Keindahan alam murni menampak di sekitar kita, tiap hari.
Tinggal kita mau membuka mata dan hati kita atau tidak. kalau anda kebetulan pergi ke luar kota cobalah amati sawah-sawah, rumput-rumput liar di sepanjang jalan yang terkadang menampakkan bunga-bunga segar, dan pepohon yang rindang di kiri kanan jalan.
Bayangkan bahwa sawah-sawah itu berubah menjadi tumpukan barang rongsokan , rerumputan dengan bunga segar itu berubah menjadi tumpukan pipa saluran minyak, dan pohon-pohon rindang itu tak ada lagi di sana sehingga sinar matahari menyengat ganas. Betapa gersang dan memuakkan pemandangan seperti itu. Oleh karena itu selaki sawah, rerumputan dan pepohon itu ada, nikmatilah.
jangan sampai menyesal nanti karena anda tak sempat menikmati alam murni karena alam telah terlanjur rusak oleh tangan dan kebodohan manusia sendiri. kalau kebetulan rumah kita dekat dengan tempat terbuka, cobalah suatu kali kita nikmati sunset (matahari terbenam) duduklah tenang menghadap ke barat dan amatilah merahnya mentari yang hendak silam di ufuk barat.
Lihatlah jingganya langit. Mungkin sesekali ada burung yang terbang melintasi langit jingga itu. Betapa indahnya ! lalu bersyukurlah kepada Tuhan karena anda diperbolehkan menikmati itu semua. Seandainya mentari itu tak ada dan hanya kegelapan hitam yang kita lihat dari hari ke hari, bukankah itu akhir suatu kehidupan ?
untuk menikmati keindahan alam, kita tak perlu mengetahui secara ilmiah tentang apa yang kita nikmati.
Seperti dalam petikan puisi Walt Whitmanini,
ketika kudengarkan astronom yang cendekia itu, ketika bukti-bukti angka-angka diatur dalam kolom-kolom di depanku, ketika kepadaku ditunjukkan tabel dan diagram untuk menambah, membagi, dan mengukurnya. ketika aku duduk mendengarkan astronom itu mengajar dengan disambut tepuk tangan meriah di ruang kuliah, betapa cepat aku menjadi lelah dan muah, sampai akhirnya aku berdiri dan menyusup keluar dan berkelana sendiri, di malam berembun penuh mistteri dan sesekali menengadah dalam ketenangan yang sempurna memandang bintang-bintang.
SILAHKAN BACA juga artikel = MACAM-MACAM CARA BAHAGIAsumber buku : 10 kiat menjadi bahagia (wishnubroto widarso)
Artikel Terkait